Posts

Showing posts from February, 2019

cerita pendek #2

“sudahlah,” tegasnya. “tulisan ya tulisan. Ia berbaris namun tidak bergerak. Mati. Kata itu mati.” Tambahnya lagi, bengis. Tidak tahu saja dia bagaimana kata-kata yang orang itu tulis mengepul dari hatinya. Bergejolak, lalu ia berdetak seirama denyutan nadi. Mengalir berbarengan darah segar dalam tubuh mungilnya hingga menguliti pikirannya. Terus dan menurus menekan saraf motoriknya, ia tarik pelatuknya sampai jari-jari membiru karena menahan ledakan-ledakan. Begitu saja kau membacanya? Dingin dan acuh seolah kata-kata yang orang itu rangkai adalah tai hitam yang muncrat ke kertas putih. Tidak tahu saja dia, rasa sayang yang tadinya hangat melebihi sinar matahari itu redup dan padam karena baru saja kau lecut tulisannya. Kau preteli jantungnya dengan sebilah belati tajam tak kenal ampun. Retak sudah hatinya sampai-sampai kepingan halusnya pun menembus kulit tebalmu. “selamat tinggal,” suaranya lantang tanpa ragu.

cerita pendek #1

Jam tangan bulat berdetak memecah keheningan malam. Jarum panjang menunjukkan pukul 9, wanita itu duduk dengan diam. Di seper-empat malam kala itu, dengan hanya cahaya seikhlasnya dari bulan purnama dan semburat oranye dari neon teras halte bus ia bernapas pelan. Ia menengadahkan kepalanya, melihat dan menangkup bulir-bulir air yang turun dari cakrwala di atas telapak tangannya. Hujan pertama di tahun baru. Hujan Januari itu menyeret beberapa memori beku dalam otaknya. Tersimpan rapih berdasarkan kadar kebahagiaan yang dirasakan. Tak pelak beberapa memori kesedihan masuk nominasi dalam jajaran sepuluh besar kenangan terbaik di dinding pikirannya. Ia meletakkan satu, dua, tiga kaset memori yang siap ia putar dalam teater tua kepala sempitnya. Tatapannya nanar dan kosong, namun mulutnya tak berhenti untuk mengembangkan senyuman, beberapa kali ia tertawa hingga bergumam. Suaranya lalu berenang bersama udara. Mungkin jika ada orang lain duduk di sampingnya, mereka akan menganggap...